Mengenal Reservoir Rekah Alami.
Terbentuknya Reservoir Rekah Alami
Pada
umumnya, rekahan alami pada batuan dapat terbentuk sebagai akibat berbagai
proses diantaranya:
·
Kelarutan
·
Dolomitisasi
·
Aktivitas Tektonik
Adanya air
yang bersifat asam akan melarutkan limestone
dan dolomite, sehingga menyebabkan
porositas sekunder. Proses dolomitisasi terjadi pada batuan-batuan karbonat.
Dolomitisasi adalah perubahan dari Calcite (CaCO3) menjadi Dolomite (CaMg(C03)2) :
2 CaC03 + MgCl2 ® CaMg (CO3)2 + CaCl2
Perubahan ini menyebabkan menyusutnya volume batuan yang ada sehingga
memperbaiki porositas. Proses dolomitisasi sempurna bisa memperbaiki porositas
sebesar 13%. Rekahan dan sesar terbentuk pada batuan yang disebabkan oleh
adanya aktivitas tektonik.Mudah tidaknya suatu batuan dipengaruhi oleh
aktivitas tektonik dinyatakan dengan tingkat kelenturan (ductility). Handin menyatakan bahwa tingkat kelenturan dipengaruhi
oleh jenis batuan, temperatur dan net
overburden. Pengaruh dari tekanan overburden,
temperatur dan tekanan pori sudah tercakup pula di dalamnya.Stearn dan
Friedman membuat hubungan antara fracture
number yaitu banyaknya rekahan sejajar versus litologi batuan.
Gambar 1. Tingkat Kelenturan Batuan Tersaturasi oleh Air sebagai Fungsi
Kedalaman
Stearn dan
Friedman membuat hubungan antara fracture
number yaitu banyaknya rekahan sejajar versus litologi batuan. Gambar 2
memperlihatkan bahwa derajat kerekahan yang tertinggi terjadi pada batuan
kuarsa (quartzite) diikuti oleh dolomite. Derajat kerekahan terendah
ternyata terdapat pada limestone yang
bersifat lebih alot untuk direkahkan dengan batuan lainnya, seperti yang
tertera pada gambar.
Gambar 2. Hubungan antara Fracture
Number terhadap Litologi
Klasifikasi rekahan berdasarkan cara
terbentuknya dapat digolongkan menjadi:
1. Rekahan
Tektonik
Rekahan ini
terjadi karena tektonik lokal. Yang termasuk dalam jenis rekahan ini adalah
rekahan karena patahan (fault) dan
rekahan karena lipatan (fold).
Rekahan yang terbentuk karena patahan letaknya pararel terhadap patahannya dan
pada perkembangan selanjutnya mempunyai sudut yang lancip terhadap
rekahan-rekahan utamanya. Gambar 3 menunjukkan diagram Rose yang menghubungkan
patahan dengan rekahannya. Sementara itu, rekahan yang terbentuk karena
struktur lipatan mempunyai pola yang kompleks tetapi jaringan rekahannya
berhubungan erat dengan bentuk lipatan yang terjadi seperti pada Gambar 4
Gambar 3. Diagram Rose Rekahan karena
Patahan
Gambar 4. Rekahan karena Lipatan
2. Rekahan
karena Proses Kontraksi
Termasuk
jenis rekahan ini yaitu rekahan yang berhubungan dengan pengurangan volume bulk batuan. Rekahan ini biasanya
disebabkan oleh gradien panas ataupun perubahan fasa mineral dari batuan
tersebut.
3. Rekahan yang
berhubungan dengan kejadian-kejadian di permukaan
Contoh dari
rekahan jenis ini adalah rekahan-rekahan yang terjadi akibat adanya proses
erosi ataupun perubahan cuaca.
Gambar 5. Rekahan karena Proses
Kontraksi
Karateristik Reservoir
Rekah Alami
Proses karakterisasi
reservoir rekah alami tidak bisa disamakan dengan reservoir biasa karena
kinerja reservoir ini lebih banyak dipengaruhi oleh sifat rekahannya dibanding
matriks pembentuk batuannya. Potensi produksi yang dimiliki oleh reservoir
rekah alami sangat besar, tetapi yang menjadi kendala adalah sulitnya
mengetahui penyebaran rekahan dengan baik. Hal mendasar yang menyebabkan
reservoir rekah alami sangat berbeda dengan reservoir intergranular adalah menyangkut sistem porositas dan
permeabilitasnya.
Pada
reservoir rekah alami dikenal dengan sistem porositas dan permeabilitas ganda,
yaitu sistem matriks dan rekahan. Porositas ganda menandakan produksi pertama
berasal dari rekahan yang mempunyai permeabilitas besar kemudian disusul dengan
matriks yang mempunyai permeabilitas lebih kecil. Terjadinya penurunan produksi
secara drastis disebabkan oleh minyak dari rekahan habis terproduksi dan tidak
segera mendapat suplai dari matriks sebagai pengganti fluida.
Pada
reservoir jenis ini, kehadiran rekahan akan mengakibatkan pertambahan
permeabilitas yang sangat besar terhadap permeabilitas batuan semula. Suatu
rekahan kecil saja akan mempunyai daya untuk mengalirkan fluida yang sangat
tinggi. Namun kontribusi rekahan-rekahan ini terhadap kapasitas penyimpanan
fluida (storage capacity) sangatlah
kecil. Rekahan mempunyai harga porositas yang sangat kecil apabila dibandingkan
dengan harga porositas dari sistem matriks batuan.
Model
Reservoir Rekah Alami
Karateristik reservoir rekah alami
didefenisikan dengan adanya dua perbedaan media berpori yang didefenisikan
sebagai matriks dan rekahan. Karena perbedaan fluida yang tersimpan dan
konduktifitas dari matriks dan rekahan, reservoir ini sering disebut sebagai
reservoir dual porosity. Gambar 6
mengilustrasikan reservoir rekah alami yang terdiri dari matriks gerowongan
besar dan rekahan alam. Biasanya model reservoir rekah alami dikaraterisasi
sebagai model dual porosity (matriks
dan rekahan) seperti ditunjukkan dalam sketsa (Gambar II-9b). Beberapa model
tes telah diajukan untuk menampilkan kelakuan tekanan pada reservoir jenis ini.
Perbedaan pada model ini terdapat pada asumsi yang dibuat untuk mendeskripsikan
aliran fluida dalam matriks ke rekahan. Model dual porosity mempunyai asumsi bahwa produksi dari reservoir rekah
alami berasal dari matriks, kemudian menuju rekahan dan kemudian mengalir ke
sumur. Namun pada saat awal produksi, fluida yang terdapat di rekahanlah yang
dominan mengalir sampai ke permukaan.
Gambar 6. Model Reservoir Rekah Alami
dari Warren dan Root
Konsep dasar dari kelakuan aliran fluida pada
reservoir rekah alami pertama kali di kemukakan oleh Muskat (1937). Konsep ini
dikenal sebagai Double Porosity Concept.
Asumsi dari konsep dasar ini adalah dimana matriks mengalirkan fluidanya kepada
rekahan-rekahan yang ada kemudian hanya rekahan yang mengalirkan fluida
tersebut ke lubang bor. Acuan ini dipakai oleh peneliti dalam menerangkan pola
aliran dan sentara tekanan pada reservoir rekah alami. Pada saat pertama Muskat
memperkenalkan konsepnya, belum ada persamaan ataupun korelasi yang dapat menerangkan
kelakuan dari sifat reservoir ini secara kwantitatif.
Barulah 20 tahun kemudian tiga orang Rusia,
Barenblatt, Zheltov dan Kochina, memperkenalkan konsep teori mengenai aliran
fluida bawah tanah pada reservoir air yang bersifat porositas ganda. Kemudian
pada tahun 1963 konsep ini dibawa ke dunia teknik perminyakan oleh Warren dan
Root. Gambar 6 adalah model yang di gunakan oleh Warren dan Root dalam memodelkan
reservoir yang memiliki porositas ganda. Mereka membentuk suatu model yang
tersusun oleh kumpulan pipa kubus pararel (rectangular
parallelopipeds).
Pada model ini, kubus mencerminkan matriks dan ruang
mencerminkan rekahan seperti yang terlihat pada Gambar 6. Dalam membuat model dual porosity yang heterogen, Warren dan
Root memberikan asumsi dasar yaitu:
·
Porositas
primer (matriks) adalah homogen dan isotropik, dan tersusun oleh kubus pararel
yang identik.
·
Porositas
sekunder tersusun dalam sistem orthogonal yang berkesinambungan dan rekahan
yang seragam. Jarak rekahan atau lebar rekahan yang berbeda dapat dibuat sesuai
dengan axis untuk mensimulasikan
derajat anisotropik yang diinginkan.
·
Aliran
dapat terjadi antara porositas primer dan sekunder, akan tetapi aliran menuju
ke sumur hanya terjadi dari rekahan. Aliran dari porositas primer tidak dapat
terjadi.
Warren dan Root melakukan penyelidikan analitik dari
aliran unsteady-state pada model ini,
begitu juga dengan kelakuan pressure
buildup. Mereka menemukan suatu kondisi dimana plot pressure buildup akan dihasilkan dua garis lurus yang pararel.
Garis vertikal yang menghubungkan kedua garis tersebut adalah kapasitas
penyimpanan pada rekahan. Warren dan Root memperkenalkan dua parameter yang
dapat menggambarkan karateristik kelakuan dari sistem porositas ganda yaitu:
A Kapasitas Penyimpanan (Storativity Ratio)
Storativity ratio adalah perbandingan antara
penyimpanan fluida di rekahan dengan penyimpanan fluida total (matriks dan
rekahan).
Dari Persamaan (1) didapatkan apabila
harga w ~1, maka fmCm
~ 0, berarti storage capacity pada matriks ~ 0 artinya semua fluida hanya terdapat pada rekahan
saja. Misalnya w = 0.1, berarti storage capacity matriks adalah 9x storage capacity rekahannya. Kalau w = 0.01, maka storage capacity matriksnya 99x storage
capacity rekahannya. Kesimpulannya, makin kecil harga storage capacity ratio (w) maka storage capacity matriksnya semakin besar, dan makin kecil pulalah
kontribusi rekahan terhadap total storage
dari sistem ini.
Dari harga storage capacity ratio (ω) kita juga bisa mengidentifikasi
distribusi porositas di dalam reservoir rekah alami. McNaughton dan Garb (1975)
menerangkan hubungan antara distribusi porositas pada batuan rekah alami dan
akibatnya terhadap kapasitas penyimpanan fluida. Hubungan tersebut
diperlihatkan pada Gambar 7. Dari gambar tersebut kita melihat berdasarkan
kapasitas penyimpanan fluida (storage
capacity) dibagi menjadi tiga tipe yaitu sebagai berikut:
·
Tipe
A : Menunjukan storage capacity pada
matriks yang tinggi jika di bandingkan dengan storage capacity pada rekahan
·
Tipe
B : Menunjukan storage capacity pada
matriks dan rekahan hampir sama besarnya
·
Tipe
C : Menunjukan seluruh storage capacity
terdapat pada rekahan
Gambar 7. Skema
Distribusi Porositas pada Reservoir Rekah Alami (McNaughton dan Garb)
B Aliran antar Porositas (Interporosity
Flow Coefficient)
Interporosity flow coefficient adalah parameter yang menggambarkan kemampuan suatu fluida
untuk mengalir dari matriks ke rekahan. Hubungan ini diperlihatkan dari rumus
di bawah ini:
Dimana harga α adalah block-shape parameter, harga ini tergantung dari geometri dan
karakter dari bentuk sistem matriks-rekahan. Model yang sering digunakan untuk
memodelkan sistem matriks-rekahan dapat kita lihat dari Gambar 8.
Gambar 8. Model Sistem Matriks-Rekahan
Dari gambar tersebut dapat kita bagi menjadi empat
model yaitu:
a. Cubic matrix blocks
b. Spherical matrix blocks
c.
Horizontal strata (rectangular slab)
matrix blocks
d. Vertical cylinder matrix blocks
Kita melihat bahwa apabila harga l mengecil, maka km/kf
mengecil. Misalnya l = 10-3, artinya
permeabilitas matriksnya kurang lebih 1000x lebih kecil dari permeabilitas
rekahan dengan anggapan harga rw2 tetap. Jadi semakin
kecil harga l semakin kecil pulalah harga permeabilitas matriksnya,
yang juga berarti kemampuan matriks melewatkan fluida semakin sulit. Apabila
kita mendapatkan harga-harga storativity
ratio dan interporosity flow
coefficient, maka setidaknya kita bisa mengenali karakter dari reservoir rekah
alami tersebut.
Persamaan (7) dibawah ini adalah persamaan untuk
reservoir rekah alami pada saat infinite
acting.
Gambar 9 memperlihatkan PD versus tD
untuk berbagai macam harga storativity
ratio dan interporosity flow
coefficient yang berbeda. Untuk menerangkan arti fisik dan kurva PD versus tD yang terjadi, dibuat
idealisasi seperti terlihat pada Gambar 9. Ciri khas yang terlihat pada Gambar 9
ini adalah ada 3 segmen garis yang terjadi pada PD versus log tD,
yaitu segmen garis pertama ternyata dengan segmen garis terakhir (slope = 1.15)
dipisahkan oleh garis transisi ditengahnya (transition
period). Garis dengan kemiringan 1.15 (angka ini berasal dari 1/2 x 2.303),
sebagai ciri solusi untuk aliran radial didalam hubungan PD versus log tD,
dikenali sebagai akibat respons awal yang cepat dari rekahan mengalirkan fluida
secara radial ke lubang bor. Perioda ini dikenal sebagai fractured flow controlled period. Setelah beberapa saat, penurunan
tekanan yang terjadi cukup untuk mulai mengalirkan fluida dari matriks.
Hal ini menyebabkan kehilangan tekanan yang terjadi
dapat ditahan. Dengan mengecilnya pressure drop, mengecil pulalah PD sehingga kemiringan akan
mulai berkurang dari 1.15 sepanjang fluida yang mengalir dari matriks mampu
menahannya. Perioda ini dikenal sebagai perioda transisi yang mempunyai titik
belok yaitu disaat mana matriks mulai melemah mengalirkan fluidanya. Pada suatu
saat, tekanan pada matriks dan rekahan akan mencapai keseimbangan, dan sistem
akhirnya akan kembali menunjukan kemiringan 1.15.
Perioda akhir ini dikenal sebagai perioda matrix-fracture flow composite. Lamanya
waktu respon tekanan mulai berubah dari slope 1.15 adalah merupakan fungsi dari
interporosity flow coefficient (l), makin
kecil l, makin lama juga perioda awal dengan slope 1.15.
Sedangkan panjangnya waktu perioda transisi ini merupakan fungsi dari storativity ratio (w), makin
kecil harga storativity ratio (w), makin
panjang perioda transisinya.
Gambar 9. Teoritikal Tekanan Drawdown pada Reservoir Rekah
Alami
Gambar 10. Karakteristik Bentuk “S” dari Sistem Dual Porosity
Aliran
Pseudo Steady-State
Model aliran pseudo
steady-state mempunyai asumsi bahwa pada waktu tertentu tekanan pada
matriks batuan disetiap titik menurun jika diproduksikan dengan laju alir
konstan. Kemudian aliran dari matriks ke rekahan sebanding dengan perbedaan
tekanan antara tekanan matriks dan tekanan didekat rekahan. Kondisi Pseudo steady-state juga menganggap
tidak ada gradien tekanan unsteady-state
pada matriks dengan asumsi bahwa kondisi aliran pseudo steady-state terjadi sejak awal aliran.
Persamaan diferensial parsial yang menerangkan sistem
ini adalah:
Dengan mengasumsi bahwa distribusi tekanan pada
matriks akan dicapai setelah mencapai perioda waktu tertentu. Untuk menganalisa
kelakuan tekanan pada reservoir rekah alami terdapat berbagai cara diantaranya:
1. Analisa Semilog
Solusi aliran pseudo
steady-state dikembangkan oleh Warren dan Root yang memprediksikan bahwa
plot semilog profil tekanan pada uji analisis Horner akan menghasilkan dua buah
garis lurus yang pararel (Gambar 11). Kemiringan garis awal menggambarkan
kelakuan homogen dari rekahan sebelum matriks memulai untuk mensuplai fluida ke
rekahan. Pada periode ini, formasi berkelakuan seperti reservoir homogen dengan
kontribusi aliran seluruhnya hanya berasal dari rekahan.
Selanjutnya kehilangan tekanan pada rekahan semakin
besar dan fluida di matriks mulai mengalir ke rekahan sehingga daerah transisi
mulai tampak sampai akhirnya terjadi kesetimbangan aliran antara matriks dan
rekahan. Pada keadaan ini reservoir juga berkelakuan seperti reservoir homogen
tetapi sistem terdiri dari matriks dan rekahan.
Gambar 11. Karakteristik Respon Tekanan oleh Warren dan Root
Kemiringan garis kedua mengindikasikan permeabilitas
total dikalikan ketebalan sistem matriks-rekahan. Karena permeabilitas rekahan
lebih besar dari permeabilitas matriks, maka kemiringan kedua hampir identik
dengan kemiringan awal. Pada kenyataannya bentuk semilog plot dari data pada
reservoir rekah alami hampir selalu tidak menunjukkan adanya wellbore storage dan tidak jelas pula
pada daerah transisi diantara kedua garis seperti yang ditunjukkan pada gambar 11.
2. Analisa dengan Type Curve
Karena pada kenyataannya terdapat gangguan wellbore storage, analisa dengan type curve lebih berguna dalam
identifikasi dan analisa sistem dual
porosity. Gambar 12 menunjukkan salah satu contoh type curve yang dikembangkan oleh Bourdet dkk., untuk aliran pseudo steady-state pada matriks. Pada
keadaan awal data uji mengikuti kurva CDe2s dimana CD
adalah dimensionless wellbore storage
coefficient. Pada contoh Gambar 12, saat awal data tes mengikuti kurva CDe2s
= 1.
Selanjutnya data menyimpang dari data awal dan
mengikuti kurva transisi oleh parameter λe-2s = 3 x 10-4.
Ketika kesetimbangan tercapai antara matriks dan rekahan, kemudian data
mengikuti suatu harga yang lain CDe2s, contoh pada
periode akhir data mengikuti CDe2s = 0.1. Pada saat awal,
reservoir berkelakuan seperti reservoir homogen dengan fluida seluruhnya
berasal dari rekahan. Selama waktu pertengahan, terjadi transisi karena fluida
dari matriks mulai ikut terproduksi ke sistem aliran rekahan.
Pada periode akhir, sistem kembali seperti reservoir
homogen dengan fluida seluruhnya berasal dari rekahan dan matriks. Derivative Type Curve untuk pseudo steady-state pada matriks
diilustrasikan oleh Gambar 13. Keistimewaan utama dari reservoir rekah alami
adalah setelah mengikuti pola reservoir homogen, kemudian turun ke bawah
membentuk “lembah”, kemudian kembali mengikuti pola reservoir homogen.
Penurunan kurva ke bawah dikarateriksasi oleh parameter λCD/ω(1 – ω).
Ketika kurva mengikuti pola reservoir homogen, kurva
dikarakterisasi oleh parameter λCD/(1
– ω). Pola pada Derivative Type Curve
di atas dapat diinterpretasikan sebagai reservoir dual porosity dengan aliran pseudo
steady-state pada matriks. Baik data tekanan maupun derivative-nya harus digunakan secara bersama-sama. Data pressure derivative secara khusus
berguna untuk mengidentifikasi kelakuan dual
porosity.
Gambar 12. Type Curve untuk
Aliran Pseudo Steady-State
Gambar 13. Kurva Pressure
Derivative untuk Pseudo Steady-State
Perbedaan Reservoir Rekah Alami Dengan Reservoir Biasa
Untuk lebih mengetahui perbedaan antara reservoir rekah alami dengan reservoir biasa dapat kita lihat perbandingan antara kedua reservoir tersebut yang telah dibandingkan oleh T.D. Van Golf-Racht dalam bukunya sebagai berikut:
1. GOR dari reservoir, GOR vs Recovery, pada reservoir rekah alami lebih rendah dibanding reservoir tidak rekah. hal ini disebabkan karena gas terbebaskan dengan cepat menuju puncak melalui rekahan daripada melalui lubang sumur (gambar 14). Pemisahan gas selama proses fluida mengalir dalam formasi adalah memungkinkan terjadi karena kehilangan tekanan pada jaringan rekah secara umum sangatlah kecil. konsekuensinya, gradien tekanan yang mendorong pergeseran fluida menuju lubang bor menjadi dibawah gradient gravitasi,terutama jika jauh dari lubang bor.
Gambar 14. Perbandingan performa reservoir rekah alami dan konvensiaonal
Gambar 15. Kelakuan gas pada rekahan dalam reservoir rekah alami .
2. Laju penurunan tekanan per unit produksi minyak. secara normal sangat rendah pada reservoir rekah alami (gambar 16). dimana pada reservoir biasa hal tersebut hanya akan terjadi jika sebagian besar gas yang terproduksi diinjeksikan kembali kedalam reservoir. jika dibandingkan dua reservoir yang identik, tetapi yang satu merupakan reservoir rekah alami dan yang satunya lagi tidak, maka kelakuan reservoir yang tidak rekah akan sama dengan yang rekah alami jika 80% produksi gasnya diinjeksikan kembali. penjelasan dari kelakuan reservoir yang rekah alami yang lebih baik disebabkan oleh tipe mekanisme produksi yang baru akibat dari sistem porositas ganda pada reservoir rekah alami. mekanisme baru ini memberikan supply yang besar dari matrik ke rekah sebagai akibat dari gravitasi yang dikombinasi dengan ekspansi fluida, segregesi, konveksi dll.
Gambar 16. perbedaan penurunan tekanan pada reservoir rekah alami dan konvensional.
3. Tidak adanya zona transisi pada reservoir rekah alami. Menjadikan hal ini sebagai keunikan karakteristik dari reservoir tersebut. pada kenyataannya batas antara dua fasa fluida, antara air-minyak atau minyak-gas pada reservoir rekah alami hanya merupakan suatu garis yang jelas antara keduanya berbeda denga jenis reservoir lain yang merupakan bidang transisi (Gambar 17). Pada reservoir rekah batasan antara dua fasa (air-minyak dan minyak-gas) yang hanya merupakan garis horizontal baik dalam keadaan statis maupun dinamis ini disebabkan oleh adanya permeabilitas rekah yang besar sehingga secara cepat dapat menstabilkan permukaan dari batasan tersebut.
Gambar 17. Perbandingan zona transisi reservoir rekah alami (kiri) dan sangat konvensional (kanan).
4. Kehilangan tekanan dalam sumur produksi pada reservoir rekah alami sangat kecil. hal ini disebabkan oleh permeabilitas dari rekah yang sangat besar bahkan pada laju produksi yang sangat besar besar sekalipun tidak menyebabkan penurunan tekanan yang sangat signifikann. kecilnya gradient tekanan sangat baik untuk transportasi bagi minyak didalam suatu rekahan, tetapi terlalu kecil untuk mengontrol perpindahan fluida antara matrik dan rekahan. proses produksi dari blok matrik dikontrol oleh mekanisme produksi tertentu yang terbentuk sebagai hasil dari perbedaan saturasi fluida pada blok matrik dan rekahan (dimana kapilaritas dan gravitasi berperan dalam hal ini). bukan karena gradien tekanan yang disebabkan oleh sumur produksi.
5. Produksi minyak yang bebas air pada reservoir rekah alami merupakan fungsi dari laju produksi sedangkan pada reservoir biasa merupakan fungsi dari karakteristik batuan,karakteristik PVT,distribusi dan juga laju produksi.
6. konstanya nilai PVT properti dengan kedalaman biasanya terjdi pada reservoir rekah alami, jika proses konveksi sebagai hasil dari thermal expansion dan kompresi fluida dalam kondisi reservoir ikut diperhitungkan. konstan PVT properti dengan kedalaman sangatlah berbeda dengan kelakuan reservoir batupasir biasa, dimana variable bubble point merupakan hasil dari analisa PVT dari sample minyak yang diambil dari berbagai kedalaman.
Bang Firdaus boleh minta e-mail
BalasHapusKebetulan studi kuliah saya juga sedang membahas tentang reservoir rekah alami
Boleh minta referensinya gak ?
wah berguna sekali, terima kasih, izin untuk copy buat materi kuliah ane ya...
BalasHapusizin copas,terima kasih
BalasHapusboleh minta referensinya mas?
BalasHapus